Rabu, 23 Februari 2011

AKU

Malam terlalu cepat datang membawa sunyinya, membenamkan kehampaan di dasar balutan angkara dan gemelut amarah yang kian menggelegar. Sementara aku.. masih mendamba hadirmu dalam serenade-serenade khayalku. Simphony-simphony ilusiku mengalun merdu kala kuputar memoryku tentangmu yang tlah berdebu.. sudah usang dimakan waktu . Hanya beberapa bulan lamanya kita bersama, 8 bulan sudah jam hidup diantara kita terhenti. Karna salahmukah? atau egoku? Rayap-rayap tak kasat mata itu menyusup diam-diam. Menggerogoti tiap jengkal melody yang kususun. Aku berusaha mendaki.. melarikan diri..
LARI!! LARI!! PERTAHANKAN DIRI!! hanya itu yg kufikirkan.


Maka kemarilah. Walau torpedo di jalannya menghalangimu. Kemarilah.. Akhiri penderitaan ini .. Entah dengan menambah atau mengurangi kebahagiaan di dalam rasa sakitnya. TIDAKKAH KAU MENGERTI KASIH?? Ada belati di tiap not-not nada yang kulantun. Karna bukan seorang sufi yg kuimpi. Hanya sekedar harmony dalam tiap tatapan mata dan dahaga yg tersesat di tiap sentuhan..mu..tentu saja. Karna ada lebih dari kenyamanan dingin yg menghangatkan terpancar dari warna coklat bola matamu. Dan ketika sinar aneh itu meredup dalam kesunyian yang gemuruhnya mengobrak-abrik isi jiwaku, segalanya berhembus pergi bersamamu. Maafkan aku yg meninggalkanmu dengan torehan luka jiwa yang begitu dalam. Maafkan aku yg menyia-nyiakanmu 8 bulan lamanya hanya karna egoku terluka. Dan kini saat aku kembali. Aku tau kau sudah lelah. Karna kebisuanmulah yg memaki-makiku penuh semangat dan jaring laba-laba tipis yang mengikat kita itu kini telah rapuh, walau aku yang slalu berusaha mematahkannya.


Maka datanglah pada panggung simphonyku. 
Sibakkan awan-awan hitam yg menyendat jalan kita.
Datanglah..
Kalau kau masih menginginkanku.
Ikutilah jejak simphonyku.
Biarkan intuisimu menuntunmu.
Kau pasti akan menemukanku, karna aku ada dalam dirimu.
Aku tau kau lelah melawan rintangan yg kuberikan.
Tapi aku pun sudah terlalu lemah tuk trus melawan. aku menyerah.
Maka datanglah..
Bangunkan aku dari penguburan air mata bahagiaku.
atau, datanglah..
dan sadarkan aku dari ilusi akan hasrat agungmu padaku.

Minggu, 13 Februari 2011

LUKA

Di wajahmu, aku tersudut dalam luka masa lalu. Tak kutemukan kini yang bisa mencuri hatiku, sudah kubuka pintu, jendela, bahkan gerbang halamanku, namun yang terdengar hanya gema suaramu dari sudut kosong di ujung sendu .

Aku tersudut lagi di tempat yang sama, ketika kusadari aku telah bermimpi terlalu dalam, dan di pelupuk mata, kurasakan garis-garis sungai mulai terbentuk dengan aliran air yang teramat deras .

Lalu kurasakan tangan-tangan tak berbentuk mengikatku pada tiang neraka, menghujaniku dengan cambuk dan sayatan-sayatan yang mengeluarkan cairan berwarna merah, tanpa ada satu hal pun yang bisa membawaku pulang pada pelukanmu .

Sungguh telingaku tak tuli lagi ketika mendengar suara sunyimu yang kau bisikkan dalam tiap tatapan mata, sungguh derap langkah di dadaku tak menghentak dengan serentak ketika kau tangkap aku yang berlari menjauh dari cintamu .

Tapi segalanya demikian senyap kini, sesenyap pikiranku ketika hari hampir berakhir dan ponselku masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berdering, sesenyap bunyi bedebam ketika mimpi-mimpiku kau jatuhkan untuk kesekian kalinya, sesenyap tiap gerakan yang selalu berkumpar dalam "diam" .

------------------------------------------------------------------------

Di wajahmu aku kembali tersudut pada luka itu, sperti anak kecil yang merengek ketika tersesat, seperti pengembara yang tiba-tiba gagap dan terbata ketika membaca peta, seperti diriku, sebagaimana kelihatannya selama ini .

----------------------------------------------------------------------

Segalanya baru, meski tak sepenuhnya baru, segalanya seperti DVD di kamarku yang terputar kembali namun tak lagi sebagus seperti pertama kali ditonton.

Sekali lagi aku dihempas, ditenggelamkan pada ayunan ombak yang marah, ditinggalkan ketika meluka, menganga dan berdarah pada sudut hati yang tak terbaca, sembari mengais kata-kata di bias cakrawala .

****************************************************

Ditulis untuk mereka-mereka yang pernah merasakan sakitnya dicampakkan atau ditinggalkan.