Jumat, 23 September 2011

Cukup Sampai Disini

Tertegun ku memandangmu
Saat kau tinggalkanku .. menangis
Bodohnya ku mengharapmu
Jelas sudah tak kau pedulikan cintaku (Ada band)
***

Saya tak pernah memiliki kisah cinta yang indah. Seseorang yang saya cintai tidak mencintai saya atau dia juga mencintai saya tapi adaaaa saja halangannya. Dan seseorang yang mencintai saya, adalah seseorang yang tidak saya cintai. Selalu begitu. Kisah cinta saya selalu berakhir dengan air mata, dan ini salah satunya.
***

"Bersamamu, adalah kesalahan terbesar dalam hidupku"

"Gaplek, harga diri pek"
Dari sekian banyak kata-kata manis yang kau berikan kepadaku, justru kalimat itulah yang paling aku ingat. Kupejamkan mataku dan kusesap lagi teh stroberi ku. Ah .. aku benci harus mengingatmu ...

Kupandangi laptop di hadapanku, layar yang menampilkan Ms. Word itu masih putih bersih. Belum ada satu kata pun yang tertulis. Sudah lebih dari satu bulan dan aku masih saja tak sanggup mengingatmu. Ku alihkan pandanganku ke luar jendela. Aku harus menulis.  Gerimis air mata yang tak kunjung berhenti ini seolah menemaniku menjelajahi masa lalu. Tentang kamu, iya .. kamu.
 
Masih ku ingat jelas bagaimana pertama kali kita bertemu. Kau menatapku tanpa berkedip saat aku melewatimu. Saat itu kau bukanlah siapa-siapa, dan tak berarti apa-apa. Seharusnya lebih baik tetap seperti itu. Seharusnya aku tidak pernah membalas sms mu. Seharusnya aku tidak pernah memperdulikanmu.

andai saja waktu itu aku tau akan begini akhirnya..
***

Masih terbuai dalam mimpi bahwa suatu saat akan ada pangeran berkuda putih yang menjemputku, then we will live happyly ever after, just like those fairytales, iya .. seperti di dongeng-dongeng itu.

Saat itu, kupikir kau adalah pangeranku itu. Ketampananmu membius, didukung tubuh tinggi tegap dan kulit sawo matang, otak cemerlang, kepribadian baik. You got my eyes, and my heart, on you.

" There's always that one person that will always have your heart
   You'll never see it coming cause you've blinded from the start" ( Usher - My boo)

Seharusnya aku tidak mengiyakan ajakanmu nonton hari itu. Seharusnya aku tidak memintamu mengantarkanku pulang. Dan seharusnya, aku mampu berkata "Tidak" padamu.

Aku sudah meragu semenjak awal. Namun entah mengapa aku mengiyakan. Awalnya hanya sekedar rasa suka, berlanjut pada sesuatu yang jauh lebih besar dan memabukkan. Peringatan hatiku kutepis selalu. Dan pada akhirnya, aku sendiri yang terjatuh.

Ku sesap lagi teh stroberiku. Mengingat hari itu membuat mataku memanas. Sudah kubilang bukan kalau aku benci mengingatmu?

Masih ku ingat jelas bagaimana kau menghilang seharian penuh. Padahal malam sebelumnya kita masih berhubungan. Tanpa SMS, tanpa kabar. Kamu benar-benar hilang. Aku masih bisa merasakan betapa paniknya aku saat itu. Padahal, seharusnya saat itu yang ku khawatirkan adalah diriku sendiri.
***

"Di lebih memilih seseorang"
Tangisku pun pecah, itu untuk pertama kalinya sejak kau meninggalkanku begitu saja. Tapi, itu bukan yang terakhir kalinya.
Bagian terburuk bukanlah ketika aku sadar begitu banyak yang menertawai kesedihanku, meledek kebodohanku, dan menjadikan aku bahan lelucon untuk dibanding-bandingkan dengan kekasih barumu. Bukan, bukan  itu. Bagian terburuknya adalah aku harus melihatmu dengannya setiap hari di sekolah. Adalah ketika aku bangun tidur dan berusaha mengumpulkan segenap ketegaranku untuk berangkat ke sekolah. Adalah ketika aku sampai di rumah, dan menangis tersedu-sedu di kamarku.

Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan setelah itu, aku masih saja mencintaimu. Tak ada satupun lelaki yang bisa menggantikan tempatmu di hatiku. Walaupun sudah begitu banyak yang mencemooh perasaan ku itu, mengejek kebodohanku, dan mengolok keluguanku. Kamu tetap saja tak tergantikan.

Aku menulis puluhan puisi untukmu. Aku menangisimu hampir setiap malam. Aku menyebut namamu entah sudah berapa ribu kali. Sungguh aku tak pernah bermaksud mengusik ketentraman kalian. Aku selalu berusaha menjauh, sejauh mungkin dari kalian. Namun kau malah berbalik membenciku karna masih mencintaimu, bahkan mengataiku dengan kata-kata kasar.

Sadarkah kamu bahwa seharusnya aku lah yang memaki-maki mu ?

Saat itulah kuputuskan, cukup sudah. Sudah lebih dari sebulan aku mencintai bayangmu. Sudah berminggu-minggu aku mengharapkan hadirmu kembali. Sudah puluhan hari kubiarkan kau menyakiti hatiku. Dan ribuan jam aku menangisi kenangan tentangmu. Sudah cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar