Kamis, 20 November 2014

Setapak Rindu

Hujan... Temani aku dalam bimbang penuh harap.
Menanti kamu yang hanya tinggal bayangan di ujung pilu.
Khayal begitu nyata adanya.
Seakan menjelma syahdu dalam peraduan.
Bias-bias cakrawala ikut tertawa dalam kengerian.
Penuh tanya dalam diam.

Ingin kutitipkan setitik rindu pada udara yang kau hirup.
Kusampirkan hangat di tiap sujud malamku.
Kau nyata yg jauh.
Rinduku lelah mengejar.
Tak adakah kau berniat berhenti dari lari panjangmu??
Menengok rindu yg tersisip namamu sejenak.

Awan mulai menghitam, mendung datang dan aku masih menanti seberkas bayangan itu datang.
Entah, kaki begitu kuat berdiri menumpu kejamnya angin malam.
Mengucap rindu tersesak luka.
Tak adakah secuil rasa kasihan padaku?

Datanglah...
Tengoklah aku di antara rindu-rindu yg bertaburan.
Pandanglah dua pasang mata hitam penuh kantuk tertahan.
Itu aku.
Kau lihat??

Dingin menyapa dalam senyap, rinduku tak kunjung pulang.
Setia menanti malam-malam.
Bergidik nyeri menantang dingin menusuk tulang.
Aku terluka...

Rinduku hanya sebaris kata.
Rinduku hanya terdapat luka.
Rinduku hanya bait cinta.
Hanya itu.
Tak usah kau toleh.
Hanya angin lalu untukmu.
Disini...
Aku terluka.
Mengharap setapak rindu penuh iba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar