Selasa, 11 Desember 2012

SEMPURNA :)

Semenjak ada dirimu dunia terasa indahnya

Semenjak kau ada disini ku mampu melupakannya :) 

 

Aku telah lelah berkata-kata. Aku letih terus bersembunyi di balik perasaan ini. Aku takut. Aku tak pernah memiliki keberanian dihadapanmu. Aku serasa mati, kaku. Kamu selalu mempesona. Selalu bisa membuat aku begitu nyaman saat berada di dekat kamu. Sampai-sampai aku tak pernah absen memberi info tentang idolamu yah walau sekadar hanya lewat sms. Tak pernah luput dari hanya memandangimu, terkadang... meski hanya dari kejauhan saja itu lebih dari cukup :)

Kamu selalu menarik untuk aku tulis di tiap-tiap lembar buku diaryku. Namamu selalu singgah dengan indah disana. Tak henti-hentinya pena hitamku menulis namamu. Entah... Mungkin aku terlalu begitu berlebihan.
 
Tawamu yang tak pernah berhenti mengalir. Senyummu yang terasa damai seperti air. Sorot matamu yang tajam yang begitu hangat. Kata-katamu yang selalu begitu menyihir.... memberi kesejukan. Kamu selalu memberi energi positif. Kamu terlihat sempurna tanpa cacat satu apapun.

Aku bodoh dalam berkata-kata. Kamu terlalu sangat sempurna. Kata-kataku tak pernah mampu melukiskan setiap kesempurnaanmu. Kamu begitu... SEMPURNA


***


Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
Kau membuat diriku akan slalu memujamu

Di setiap langkahku
Ku kan selalu memikirkan dirimu
Tak bisa ku bayangkan
Hidupku tanpa cintamu

SEMPURNA... :)
 

Minggu, 09 September 2012

Tentang KAMU :')

Saat aku mulai tak menjadi diriku. Saat aku mulai tak mengenal lagi siapa aku. Saat hati mulai tak sejalan dengan otakku. Saat aku bukan lagi diriku... Aku tersesat dalam setiap simphony indah yang kau lantunkan, hingga aku tak tau arah jalan pulang menuju rumahku... Aku bingung mengapa saat kupilih jalan yang berbeda selalu tertuju pada satu jalan, ya kamu... Aku memutar otak, aku terlalu takut tak bisa kembali. Aku telah terperangkap dalam hanyutan kata-kata rayuanmu. Dan aku tak bisa pulang. Sampai pada saatnya aku benar-benar tenggelam terlalu jauh ke dasar jurang hatimu. Aku terlalu dalam menyelam dan pada akhirnya kini aku yang tenggelam.

Aku tau kamu berpura-pura menyukaiku, berpura-pura mengajakku nonton, bahkan berpura-pura mengantarku pulang. Tapi entah mengapa waktu itu aku percaya padamu. Aku tak pernah sadar bila kamu tak pernah ada, bila kamu tak nyata dalam kehidupanku... Kamu hanya hadir saat aku merasa lelah.

Kini aku mulai tersadar dan aku tau kamu hanyalah sekedar "permainan" dalam mimpiku. Aku mulai melangkah dan menjauh...  jauh hingga aku lupa aku berada dimana.

Dan saat aku terbangun, kamu hadir kembali... mengusikku dengan tatapan kosong penuh arti. Aku tau aku bodoh jika aku harus jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya tapi setelah dua hari ini aku bertemu denganmu di sekolah perasaan itu muncul dan mengacau hati. Berulang kali aku berbisik pada hatiku sendiri "dia tak nyata, lupakan dan kamu akan berdiri dengan indah disana". Tapi rasa itu muncul dan bersamaan tangisku pecah mengingat kenangan yang tak ingin aku lakukan sebelumnya itu bersama kamu.

Saat aku berjalan, dan menoleh ke belakang dan aku menemukan sepasang bola mata coklat itu menatapku. Aku takut, aku berlari menuju kelas, namun lagi-lagi aku menoleh ke belakang melihat sosok itu yang telah jauh dari pandangan.

Aku lelah dengan perasaan ini. Aku tau ya aku tau kamu hanyalah bagian dari khayalanku walaupun terkadang aku ingin sekali melewatkan hari-hari itu bersama kamu (lagi).

Terlihat jelas saat aku dan kamu menuju bioskop menonton "TRANSFORMERS", saat kamu memegang pundakku mendorong agar aku bergegas, saat kamu bilang "anak kecil tidak boleh melihat adegan ini" dan kamu menutup mataku dengan kedua tangganmu :')

Ahhh.... aku takut... aku takut patah hati maka dengan coretan ini semoga kamu mengerti bahwa aku masih menyimpan rasa itu.. rasa yang tak mungkin pernah berbalas :')

*****
Untuk : kamu yang selalu tersenyum
Dari : aku yang selalu menantimu

Senin, 20 Februari 2012

Pesta Dansa dari Negeri Mimpi Burukku


Aku takkan bertele-tele tentang apa yang terjadi dalam pesta ulang tahun itu. Semua kehancuran antara aku dan viin bertambah seolah-olah apa-apa yang hancur kemarin belumlah cukup. Bermula dari denting piano yang menciptakan serenade indah dari jemari Bastian, disambut oleh nyanyianku, dan disambut pula oleh nyanyiannya. Jujur aku terhanyut dalam momen itu dan menatap Bastian lekat-lekat dan ia juga menatapku lebih dalam dan penuh makna. Tak perlu kujelaskan lagi bagaimana kemesraan itu terlihat bagi orang lain, terutama bagi sepasang mata berwarna cokelat jernih yg menatapku dengan tajam dan dingin. Viin… tentu saja.

Saat lagu kami selesai dan sahabat-sahabat kami mu
lai mengolok kemesraan kami tadi, aku menemukan sosok itu. Seketika keramaian itu terasa seperti kesunyian yang membentak. Pesta dansa indah ini telah berubah menjadi mimpi buruk.

***

Tuxedo berwarna gading itu membungkus tubuhmu dengan sempurna. Meskipun nafasku terasa sesak, aku berusaha memutar bola mataku untuk menatap matamu. Aku sadar warna cokelat jernih di dalamnya akan menusuk mataku dan membuatku merasakan hal yang lebih buruk daripada kematian. Namun tetap kulakukan. Canduku padamu sudah kepalang meraung saat ku terlanjur melihat sosokmu.


Benar saja
matamu membunuh segala panca inderaku, menyiksa tubuhku, memaksa jantungku berdetak berkali-kali lebih cepat daripada seharusnya. Membuat sensasi aneh di suatu tempat dalam perutku. Membuat getar aneh di sekujur tubuhku. Membuat kerongkonganku tercekat dan nafasku semakin sesak, kepalaku terasa semakin berat seolah ada beban yg menimpanya. Aku telah terjeratsama seperti pertama kita bertemu.

***

Diberkatilah
Bastian yang menarikku pada kerumunan sahabat-sahabat kami demi menghindari Viin. Namun apa daya, kami satu-satunya pasangan yang mengenakan pakaian berwarna hitam, sementara yang lain berwarna putih, emas, dan gading. Aku bersyukur karena Bastian menggenggam tanganku dan menguatkanku agar tidak menangis dan merusak suasana pesta ulang tahun Ivana itu. Namun rasanya hal itu makin membuat tatapanmu dingin dan tajam padaku.

Maa
fkan aku Viin. Aku tak bermaksud melukaimu apalagi dalam kesalah-pahaman begini. Aku bisa mengerti betapa besar aku melukaimu lagi. Aku telah melambungkanmu dalam kata-kata di notes-notesku sebelumnya, namun menjatuhkan dan menginjak-injakmu dengan menatap mesra dan tak sedetikpun lepas dari genggaman tangan pria lain yg notabene adalah mantan pacarku dan telah mencintaiku lebih dari tiga tahun tanpa henti. Maafkan aku

***

Viin,
 jika kamu membaca notes ini nanti. Kamu telah mengetahui hal sebenarnyaaku mencintaimu Viin. Lebih daripada diriku sendiri, lebih daripada yang bisa kukatakan.

Viin,
 seandainya kamu benar-benar memperhatikanku kemarin. Kamu akan melihat ada air mata yg menggantung di ujung mataku, namun tak bisa menetes, tak boleh menetes...