Kamis, 27 November 2014

Segitiga

Masih dengan mata terkantuk aku mencoba mengingat kapan semuanya terjadi. Terlalu cepat hingga tanpa sadar semua terlewati begitu saja. Sempurna. Jika hari ini adalah drama, kau pemeran utamanya. Menang!

Panggung-panggung itu kelabu. Di sudutnya berdiri gadis bodoh meratap pilu. Apa yang kau damba? Cinta pria itu? Peluh rindu lelaki itu? Ditengahnya ada sesosok tampan berkharisma. Wanita lain datang dengan anggun. Senyum kecut disinari lampu neon biru. Gadis itu masih terdiam di sudut, gelap. Mungkin tak ada yang tahu matanya telah banjir. Harusnya tak pernah datang, pengacau naskah! Ya, siapa lagi. Gadis itu. Gadis cengeng itu tak ada dalam cerita! Harusnya!

Kakinya terseok, pakaiannya lusuh compang-camping, tampang kusut, mata sayu. Berjalan ke arah lelaki dan wanita itu. Hei! Kau mau meminta belas kasihan? Mengemis cinta? Atau menagih rindu yang salah?? Bodoh!! Harusnya kau tetap diam di tempatmu! Dalam lingkaran hitam itu!

Kamis, 20 November 2014

Setapak Rindu

Hujan... Temani aku dalam bimbang penuh harap.
Menanti kamu yang hanya tinggal bayangan di ujung pilu.
Khayal begitu nyata adanya.
Seakan menjelma syahdu dalam peraduan.
Bias-bias cakrawala ikut tertawa dalam kengerian.
Penuh tanya dalam diam.

Ingin kutitipkan setitik rindu pada udara yang kau hirup.
Kusampirkan hangat di tiap sujud malamku.
Kau nyata yg jauh.
Rinduku lelah mengejar.
Tak adakah kau berniat berhenti dari lari panjangmu??
Menengok rindu yg tersisip namamu sejenak.

Awan mulai menghitam, mendung datang dan aku masih menanti seberkas bayangan itu datang.
Entah, kaki begitu kuat berdiri menumpu kejamnya angin malam.
Mengucap rindu tersesak luka.
Tak adakah secuil rasa kasihan padaku?

Datanglah...
Tengoklah aku di antara rindu-rindu yg bertaburan.
Pandanglah dua pasang mata hitam penuh kantuk tertahan.
Itu aku.
Kau lihat??

Dingin menyapa dalam senyap, rinduku tak kunjung pulang.
Setia menanti malam-malam.
Bergidik nyeri menantang dingin menusuk tulang.
Aku terluka...

Rinduku hanya sebaris kata.
Rinduku hanya terdapat luka.
Rinduku hanya bait cinta.
Hanya itu.
Tak usah kau toleh.
Hanya angin lalu untukmu.
Disini...
Aku terluka.
Mengharap setapak rindu penuh iba.